Bintang bertaburan di langit yang cerah, ketika seluruh anggota tim bangun di pagi dini hari untuk mulai mempersiapkan pendakian hari ini. Seketika itu juga tenda-tenda di basecamp Yellow Valley yang terletak di ketinggian 4,250m dpl itu dipenuhi oleh aktivitas tim yang merupakan bagian dari Ekspedisi 28 Gunung. Keenam orang yang sudah ditunjuk sebagai anggota tim summit sibuk mempersiapkan peralatan pendakian mereka, sementara anggota tim pendukung membantu mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa oleh tim summit. Hari ini, tanggal 28 Oktober 2017. Target: summit attack puncak Carstensz Pyramid..
Carstensz Pyramid menjadi salah satu target pendakian tim Ekspedisi 28 Gunung yang diprakarsai oleh Eiger, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda. Dengan ketinggian 4,884m dpl, Carstensz Pyramid merupakan titik tertinggi di Indonesia dan merupakan salah satu puncak yang dikenal sebagai Tujuh Puncak Dunia. Gelar ini pula yang menyebabkan puncak yang terletak di tengah Pegunungan Sudirman, Papua, ini terus dan semakin sering didatangi oleh para pendaki yang ingin meraih gelar Seven Summitter.
Walaupun jika dibandingkan dengan enam puncak dunia lainnya Carstensz Pyramid merupakan puncak dengan ketinggian yang paling rendah, puncak ini justru terkenal memiliki tingkat kesulitan pendakian yang amat tinggi. Sebagian pendaki meletakkannya di urutan kedua setelah puncak Everest. Tapi ada juga sebagian pendaki yang justru menempatkan Carstensz Pyramid di urutan pertama dalam hal tingkat kesulitan pendakian. Tebing dengan tingkat kemiringan bervariasi antara 60 hingga 80 derajat disertai kondisi cuaca yang ekstrem dan berubah-ubah dengan cepat, menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pendaki yang berusaha menggapai titik tertinggi di benua Oceania ini. Medan dengan tingkat kemiringan tinggi membuat pendaki tidak hanya bisa mengandalkan teknik scrambling, tetapi juga harus melengkapi diri dengan tali pengaman, sit harness dan perlengkapan penunjang lainnya, agar pendakian tetap bisa dilakukan dengan aman.
Persiapan ekspedisi kali ini tergolong singkat. Lebih tepatnya: sangat singkat. Kepastian ekspedisi dan pembentukan team baru dilakukan di awal Oktober. Total anggota team ada 18 orang, termasuk dua orang yang akan standby di Tembagapura untuk menjadi penghubung dan bertugas memberi update jalannya ekspedisi ke anggota keluarga team pendaki. Seluruh anggota team praktis hanya memiliki waktu sekitar dua minggu untuk mempersiapkan fisik, yang masih diselingi dengan kesibukan harian masing-masing, membuat Mas Jafar – trainer fisik tim ekspedisi – pusing kepala mengatur program latihan.
Di tengah segala keterbatasan persiapan, akhirnya 9 orang anggota team berangkat dari Bali Dump pada tanggal 26 Oktober, menuju Yellow Valley yang akan menjadi basecamp sebelum summit. Di hari berikutnya, dua orang lagi anggota team menyusul, sementara itu 5 orang tim support yang tersisa akan berangkat di summit day, tanggal 28 Oktober. 9 orang yang sudah sampai lebih dulu melakukan persiapan lanjutan di basecamp, termasuk sebagian mencoba jalur tali pengaman yang terpasang sampai dengan Teras Kecil. Sore harinya, dilakukan briefing kecil dan Pak Mulyadi, senior kami yang juga sekaligus menjadi pemimpin tim ekspedisi Carstensz, memutuskan nama-nama yang akan menjadi anggota tim summit attack.
Tepat jam 03:30 pagi, tim summit siap untuk berangkat. Sit harness, ascender dan perlengkapan pengaman lain sudah terpasang di badan masing-masing pendaki. Bekal yang disiapkan oleh Agus & Lukas dari tim support – telur rebus, kurma, coklat, jeruk, air jahe hangat dan air putih – sudah masuk ke daypack keenam pendaki summit attack. Pak Mulyadi memimpin doa sebelum berangkat. Urut-urutan yang sudah diputuskan: Ardhin dan Cecep akan memimpin paling depan, kemudian disusul berikutnya oleh Anggit & Pak Mulyadi. Saya dan Furji menjadi pendaki paling belakang. Setelah berdoa dan briefing singkat, kami berenam berangkat sesuai urutan, mulai mendaki menuju ke tali pertama..
To be continued..